Para Pemimpi(n): Akal

Bismillahirrahmanirrahim,

“Para Pemimpi(n)”

Para pemimpi(n) dianugerahi oleh beberapa kemampuan-kemampuan nyata dan karakter yang terasah, mengoptimalkan instrumen-instrumen yang diberikan Allah untuk dapat mengeluarkan kondisinya yang paling optimal, menjadikannya salah satu para pemimpi(n), tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, tidak mengenal usia, berkhidmat sebagai khalifah Allah, memberi manfaat kepada sekalian alam.

——————————————-

Akal adalah indera yang diberikan Allah untuk menimbang, memutuskan, melakukan perbaikan dan mengamati, melakukan perubahan yang terus menerus.

Kemampuan inilah yang menjadikan manusia diberi kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk Allah lainnya, dan kemampuan ini yang juga menjadi alasan dibebankannya kewajiban syariat kepada manusia.

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu itu benar sama dengan orang yang buta, Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. ar-Ro’d [13]: 19)

Ibnu Katsir  berkata, “Hanya orang-orang yang memiliki akal sehat dan benar saja yang dapat mengambil nasehat dan pelajaran lalu memikirkannya”

رُفِعَ القَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ وَمِنْهَا : الجُنُوْنُ حَتَّى يَفِيْقَ…”

“Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai sembuh, orang yang tidur sehingga bangun, dan anak kecil sehingga baligh.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruquthni dari shahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Umar, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: “Shahih” dalam Shahih Jami’, no. 3512)

. ~^~ .

Keberadaan alam ini telah disesuaikan dan diberikan pengetahuan akannya, dengan memahami makna penciptaan alam ini sesungguhnya kita mengetahui dimana upaya-upaya manusia yang berseberangan dengan akal, yang akan mematikan instrumen akal ini, menjadikan manusia yang kaya menjadi miskin, yang terhormat menjadi hina, yang dekat menjadi jauh, yang cendekia menjadi bodoh, karena mencoba berdiri melawan makna penciptaan alam.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (‘Aali ‘Imraan: 190-191)

. ~^~ .

Dalam memelihara akal ini, Allah mengharamkan khamr, menghindari berlebih-lebihan dalam perdebatan, memadamkan emosi dan menganjurkan “iqra”, membaca alam semesta, memahami makna penciptaan para makhluk Allah.

Pemeliharaan akal ini untuk meletakkan akal dalam kondisi yang sehat untuk menjadikan manusia dapat menggunakan dan mengoptimalkan keberadaannya sebagai instrumen vital para pemimpi(n).

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu dapat berfikir.” (QS Al Baqarah 219).

Diriwayatkan dari Abu Darda’ r.a, ia berkata, “Kekasihku (rasulullah saw) telah berwasiat kepadaku, ‘Jangan kamu minum khamr sebab khamr adalah kunci dari segala keburukan,” (HR Ibnu Majah).

. ~^~ .

Makanan halal dapat membentuk dan mengoptimalkan kondisi akal, karena didalam makanan yang halal Allah letakkan dalamnya kebaikan dan barakah, dan didalam makanan yang haram terdapat kemudharatan yang merusak jiwa, raga, akal, moral dan akidah.

Dalam bukunya “Muqaddimah” Ibn Khaldun menyinggung mengenai makanan halal ini sebagai salah satu faktor yang perlu dicermati untuk membangun masyarakat.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” (QS. Al-Baqarah : 168).

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi (akibatnya), dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar.” (QS. Al-A’raf : 33).

. ~^~ .

Sungguh banyak cerita tentang para pemimpi(n) yang memulai dari bukan siapa-siapa dan menjadi pemimpi(n) karena akalnya. Disinilah perlu upaya kita menjadikan akal sebagai karakter yang terinstrumen sesuai fungsinya untuk menjalankan peran manusia sebagai khalifah, menjadi pemimpi(n).

. ~^~ .

Abe Omar



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia