Ketika Dengki dan Hasad

Dengki dan hasad ini adalah bahan bakar dari fitnah dan keburukan. Harta, kesuksesan hidup, titel yang mentereng, status, dan sebagainya, semuanya itu tidak ada gunanya jika diri sudah tertutup oleh penyakit dengki dan hasad.

Kerja keras pun tidak berguna jika diakhir muncul riya, yang berilmu menjadi-jadi, tidak tampak lagi kebijaksanaan dalam perkataannya, hanya upaya untuk sindir-menyindir, jatuh menjatuhkan, masyarakat pun dibuat ragu atas niatannya.

Jika riya patut dihindari, karena menutupi niat ikhlas kita lillahi taala, maka ada satu perbuatan lagi yang perlu diwaspadai, karena memberikan keburukan kepada orang lain, yakni memandang orang lain dengan perasaan dengki dan hasad (ain).

Kawan, ada banyak himbauan untuk tidak menshare gambar di sosial, kebahagian keluarga, foto anak, kesuksesan, perjalanan, dsb, apakah dengan demikian itu orang lain tidak bisa berbahagia? ataukah sebetulnya yang perlu diwaspadai adalah kita yang memandang kesuksesan saudara kita?

Jika kita lihat kembali redaksi tentang ain ini yang berbeda dengan riya, jika riya dilakukan oleh kita sendiri terhadap amal kita, dan ain dilakukan oleh orang lain yang melihat amal kita, atau kita melihat amal orang lain.

Adalah himbauan bagi kita untuk menjaga hati dan penglihatan kita untuk tidak memandang orang lain dengan perasaan dengki dan hasad, himbauan rasul cukup jelas untuk kita tidak mengharapkan keburukan kepada saudara kita.

Dengan sederhana, saudara-saudara kita mereka akan bahagia dengan keluarganya, dengan anak-anaknya yang menarik, dengan kekayaannya, dengan kesuksesannya, dengan ilmunya, dengan kesemuanya, terlepas dari mereka menunjukkan atau tidak, ataupun mereka menshare ke media sosial atau tidak, dan ain adalah himbauan rasul kepada kita untuk tidak berpandangan kepada mereka dengan sifat hasad dan dengki, adakah dalam hadits ain ini rasul menegur sahabat yang terkena ain ataukah sahabat yang memandang? Ya teguran diberikan kepada sahabat yang memandang, seyogya itu pula ibrah untuk kita, tidak memandang ke saudara kita dengan hati yang dengki dan hasad atau menjauh darinya sementara untuk tidak memberikan keburukan kepadanya.

Kembali kepada hasad dan dengki, perkara hasad dan dengki ini ternyata cukup serius di negeri ini, hasad dan dengki yang menjadi bahan bakar keburukan menjadi celah untuk kejahatan, fitnah, sihir hingga perkara besar syirik.

Jika kita membaca tafsir Al-Falaq, maka disebutkan ada tiga kejahatan: kejahatan malam bila telah gelap gulita, kejahatan fitnah dari sihir, dan kejahatan pendengki, dan hanya kepada Allah kita bisa berlindung dari ketiga kejahatan ini. Tiga perkara yang Allah sebutkan secara jelas dan singkat didalam satu surat pendek. Jika dengki sudah menggerogoti pendengki, maka tidak ada apapun yang bisa menghentikan mereka untuk menyakiti saudaranya, dan kita hanya bisa meminta perlindungan kepada Allah.

Dengan hasad dan dengki, sedikit masalah menjadi friksi yang tidak habisnya, tidak cukup nasihat panjang baik tentang ilmu agama, dan jika ini telah berhembus kepada para pemimpin, para penuntut ilmu, para ulama, maka tidak ada gunanya kelebihan-kelebihan yang ada, karena dengki dan hasad akan menggerogoti hati dan membuat semuanya memburuk dan menjadi kejahatan.

Ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuh, ia adalah qalbu. 

Di 10 hari dzulhijjah ini hingga hari raya qurban, mari kita tanya kembali kepada qalbu (jantung) kita, apakah jantung kita berdetak mendegup ketika terhentak dengan perkara syahdu, apakah mendetak lebih berdegup ketika kita mencoba kita mengingat orang tua dan orang-orang yang kita sayangi, apakah lebih berdegub ketika kita merangkai satu amal besar dan tahu tidak akan ada penghargaan timbal balik yang didapat, dan disaat itu kita menghela sambil bergumam “hanya kepada Allah kami berharap”, apakah jantung itu berdegub? menstimulus kantung mata untuk mengeluarkan air mata yang akan kita sembunyikan dari orang lain.

Wahai kawan, jika jantung berdetak untuk hal tersebut, beruntunglah engkau, qolbo (jantung) yang baik akan melindungi mu dari hasad dan dengki, memberi keburukan kepada dirimu (riya) dan juga kepada orang lain (ain), dan jika belum maka mari kita latih qolbu (jantung) kita dengan momen yang penting ini, berkurban seperti Ibrahim, kurban yang membuat qolbu (jantung) nya berdetak-detak kencang hampir putus.

 

 

 



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia